IFSC

IFSC

Rabu, 30 November 2016

Introducing




Welcome to my blog,
My name is Arif B.Wicaksono,
I'm a football scarves collector from Indonesia,
I collect Football Scarves specific Player Scarves from around the world,
I was started to collect football scarves since 2015.
Please enjoy my collections.

Best regards,

Arif B.Wicaksono

Update List 2016

November 2016

Read More

Read More

Read More

Read More

Read More

Read More

October 2016
Read More

Read More



September 2016
Read More


Read More


August 2016

Read More
Read More






Read More
Read More

Read More

Read More

Read More

July 2016
Read More

Read More

Read More





Senin, 21 November 2016

AS Roma Squads (2015)


AS Roma Squads 2015
Silk Printing
Made in Turkey

Squad Champions of Persib Bandung


Squads Champions of Persib Bandung
Woven Scarves
Made in Turkey

7 Magnificents of Persebaya


Persebaya-7 Magnificents 0f Persebaya
Knitted Scarves
Made in Germany

Scarvespedia:
Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.

Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan 1990.
Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2005 Green Force kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya.

7 Legenda Persebaya
Mudayat
Mudayat adalah eks pemain Persebaya era 60-an. Berposisi sebagai gelandang bertahan, Mudayat adalah seangkatan Jacob Sihasale, Bob Hippy dan Mardi Santoso.
Seperti dilansir media sosial Persebaya, sebagai pelatih, pria kelahiran, Kedung Sroko 15 Desember 1940 silam ini, pernah mengantar tim Persebaya junior, atau yang lebih dikenal sebagai Persebaya Sawunggaling, juara Piala Suratin 1976. Dua tahun setelahnya, ia mengantar Persebaya juara Liga.
Mudayat juga pernah berbaju Tim (Timnas) Indonesia era 60an. Mudayat tercatat sebagai anggota Timnas untuk Asian Games 1966.

Rusdy Bahalwan
Rusdy Bahalwan (lahir di Surabaya, 7 Juni 1947 – meninggal di Surabaya, 7 Agustus 2011 pada umur 64 tahun)[1][2] adalah mantan pemain dan pelatih sepak bola Indonesia.
Rusdy mengawali karier sepak bolanya dari klub Assyabaab pada 1963[3] dan berposisi sebagai bek kanan. Pada 1970-1979 ia memperkuat Persebaya Surabaya dan merebut juara kompetisi Perserikatan pada 1976.
Pada 1972 Rusdy dipanggil masuk tim nasional PSSI B. Setahun kemudian ia dipanggil tim Indonesia bersama empat pemain Persebaya lainnya yaitu Abdul Kadir, Waskito, Jacob Sihasale dan Budi Santoso. Mereka digembleng pelatih Djamiat Dalhar untuk persiapan terjun ke turnamen Merdeka Cup di Kuala Lumpur, Malaysia dan Anniversary Cup.
Setelah gantung sepatu, Rusdy ditunjuk menjadi pelatih Persebaya dan membawa klub itu juara Liga Indonesia III pada 1997. Pemain binaan Rusdy saat itu antara lain Jacksen F. Tiago, Carlos de Mello dan Eri Irianto. Sempat membesut tim nasional Piala Tiger 1998, Rusdi terakhir kali tercatat sebagai pelatih Persewangi Banyuwangi pada 2000.

Mustaqim
Mustaqim. Striker haus gol kelahiran Surabaya 6 September 1964 ini pernah menjadi idola warga Surabaya karena performa apiknya selama memperkuat tim berjulukan Bajul Ijo di periode 1985-1988.
Duetnya bersama Syamsul Arifin kala itu sangat ditakuti lawan. Jika keduanya ada di kotak penalti, kans sekecil apapun bisa dikonversi menjadi gol. Mustaqim tidak hanya tajam saat mengeksekusi peluang, tetapi juga aksi individunya kerap membuat pemain belakang kerepotan menjaganya.
Mustaqim punya andil besar atas sederet prestasi yang dicapai Persebaya. Salah satu gelar juara paling fenomenal adalah Perserikatan 1987-1988. Selain itu ada juga trofi Piala Tugu Muda, Piala Persija, dan Piala Hamengkubuwono.
Seusai mengantarkan Persebaya juara Perserikatan pada musim itu, Mustaqim hijrah ke Petrokimia Gresik pada musim 1989-1990. Tetapi, hanya bertahan satu musim, Mustaqim pulang kampung dengan memperkuat Assyabaab mulai 1990-1991.
Di tim itu Mustaqim menahbiskan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak Divisi I. Tak puas hanya meraih gelar individu, Mustaqim hengkang ke Mitra Surabaya yang diperkuatnya selama empat tahun hingga 1994.

Muharom Rusdiana
Muharom Rusdiana Salah satu anggota generasi Juara 1988 ini lahir pada 14 Juni 1961. Saat ini beliau bekerja sebagai karyawan di PDAM Surabaya. Seorang legenda yang bermain di tiga final berbeda, di musim kompetisi 1986/1987, 1987/1988, dan 1989/1990. Dengan raihan 1 juara (1987/1988) dan 2 runner up (1986/1987 dan 1989/1990).

Eri Irianto
Eri Irianto (lahir di Sidoarjo, 12 Januari 1974 – meninggal di Surabaya, 3 April 2000 pada umur 26 tahun)[1] adalah seorang pesepak bola Indonesia. Eri mengawali kariernya di Petrokimia Putra pada musim 1994-1995. Sempat bergabung dengan klub Malaysia Kuala Lumpur FA, Eri kemudian memperkuat Persebaya Surabaya yang sempat dibawanya menjadi runner-up Liga Indonesia 1998/1999. Eri tercatat sepuluh kali tampil pada posisi gelandang bersama Tim nasional Indonesia dengan perolehan tiga gol.[2][3]
Pada pertandingan Persebaya Surabaya melawan PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora 10 Nopember tanggal 3 April 2000, Eri Irianto bertabrakan dengan pemain PSIM asal Gabon, Samson Noujine Kinga. Dia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Namun, malamnya ia akhirnya dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Dokter Soetomo karena serangan jantung.[1][4]
Untuk menghormati jasa-jasa Eri untuk Persebaya, mess Persebaya kemudian dinamai "Wisma Eri Irianto". Nomor 19 yang pernah dipakai dirinya dipensiunkan setelah kematiannya dan kostumnya disimpan di dalam sebuah lemari kaca di mess Persebaya.[3][5]

Jacksen F.Tiago
Jacksen Ferreira Tiago (dikenal juga dengan Jeksen F Tiago, Jaksen F Tiago) (lahir di Rio de Janeiro, Brasil, 28 Mei 1968; umur 48 tahun) adalah seorang mantan pemain sepak bola dari Brasil yang pernah bermain di serta melatih Persebaya Surabaya. Dia adalah salah seorang striker asing yang paling terkenal dan mempunyai karier sebagai pemain dan pelatih yang sukses di Indonesia. Sebagai penduduk yang lama tinggal di Indonesia, ia fasih berbahasa Indonesia dan Jawa.
Dia adalah pemain terbaik dalam Liga Indonesia pada musim 1996/1997 saat dia membawa Persebaya menjadi juara.
Dua musim di Persebaya, dia lalu pindah ke Singapura untuk membela Geylang United, namun hanya bertahan semusim sebelum kembali ke Persebaya. Pada tahun 2001, dia kembali bermain di Petrokimia dan pada akhir musim tersebut pensiun sebagai pemain. Setelah pensiun, dia berganti menjadi pelatih.
Tiago membawa Persebaya, yang terdegradasi semusim sebelumnya, promosi ke Divisi Utama pada tahun 2003 dan juara pada musim 2004.

Mat Halil
Mat Halil tercatat sebagai salah seorang skuad inti di barisan pertahanan kesebelasan Persebaya Surabaya. Halil juga termasuk dari sedikit pemain yang sangat setia untuk tidak berpindah-pindah klub. Pasalnya, pesepakbola kelahiran 1979 ini telah membela klub Bajul ijo tersebut sejak musim 1999.
Pemain yang juga lahir di ibukota propinsi Jawa Timur tersebut telah dipercaya untuk mengawal pertahanan tim Persebaya dengan posisinya sebagai bek sayap. Namun, menjadi seorang pemain bertahan tidak berarti Mat Halil tidak mampu menyarangkan gol ke gawang tim lawan. Tidak jarang barisan pertahanan lawan justru kerepotan membendung laju sayap Persebaya ini ketika Halil muncul sebagai penyerang lapis dua atau tiga.
Memulai debut karir sepakbolanya dengan bergabung bersama tim PSSI Surabaya dan Persebaya Junior, lebih dari 14 tahun sudah Mat Halil memakai seragam hijau kebanggaan tim kota Surabaya tersebut. Tentu saja hal ini tidak berarti sayap pertahanan Persebaya ini 'tidak laku' dilirik tim besar lain. Mat Halil tercatat berulang kali menolak tawaran yang datang dari berbagai tim yang turut meramaikan kancah persepakbolaan Indonesia. Dan kesetiaan Halil membela klub Bajul Ijo tersebut bukan tanpa alasan karena bermain bersama klub sepakbola kampung halamannya sudah menjadi impian sejak kecil, bahkan mungkin satu-satunya impian Mat Halil sebagai pesepakbola profesional.
Dan lebih dari satu dasawarsa membela Persebaya, Mat Halil sudah merasakan suka dan duka bersama tim kesayangannya ini: naik podium ketika Persebaya menjuarai Liga Indonesia pada 2004, pahit getir ketika timnya harus terjungkal ke zona degradasi pada musim kompetisi 2002 dan 2006.
Sempat dipatok dalam posisi penyerang oleh pelatih Rusdi Bahalwan pada 2002, hingga profil diunggah Mat Halil tercatat sebagai salah seorang pemilik klub anggota internal Persebaya El Faza dan membina ratusan calon pesepak bola muda berpotensi.
sumber: wikipedia.com dan sumber lainnya

Diego Milito



Diego Milito- Il Principe
Knitted HD Scarves
Made in Poland

Scarvespedia:
Diego Milito (lahir di Bernal, Argentina, 12 Juni 1979; umur 37 tahun) merupakan seorang pemain sepak bola berkebangsaan Argentina yang kini bermain di klub Racing Club. Ia merupakan pemain kunci dalam raihan treble winner Inter pada musim 2009-10.
Ia diberi julukan El Príncipe ("Sang Pangeran" dalam bahasa Spanyol) karena kemiripan fisik dengan mantan pesepak bola asal Uruguay, Enzo Francescoli, yang mendapat julukan yang sama.[2]

Karier Klub
Milito memulai kariernya di Racing Club, Argentina. Kemudian ia pindah Genoa dan Real Zaragoza, sebelum akhirnya kembali ke Genoa pada tahun 2008. Pada musim berikutnya Milito hijrah ke Internazionale.

Inter
2009–10: Musim debut dan treble
Diego Milito pada sebuah pertandingan tahun 2009
Pada 20 Mei 2009, La Gazzetta dello Sport memberikan konfirmasi bahwa Diego Milito telah pindah ke Internazionale bersama rekan setimnya dulu, Thiago Motta.[3] Biaya transfer tersebut tidak diungkapkan namun Genoa mendapatkan Robert Acquafresca, Riccardo Meggiorini, Leonardo Bonucci, Francesco Bolzoni,[4] Ivan Fatić[5] dan sejumlah uang tunai sebagai gantinya.
Milito cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya dan memulai kariernya di Inter dengan gemilang. Ia mencetak dua gol dalam kemenangan 2–0 atas rival sekota, Milan, pada World Football Challenge.[6] Setelahnya, pada 29 Agustus, dalam derby della Madonnina pertamanya di Serie A, Milito membukukan dua assist dan mencetak satu gol penalti, yang juga menjadi gol liga pertamanya.[7] Lalu, pada 13 September, ia mencetak gol keduanya di liga saat menang 2–0 atas Parma.[8] Pada pertandingan liga selanjutnya kontra Cagliari, ia memborong dua gol untuk kemenangan Inter, 2–1.[9] Dua gol ini menempatkan ia sebagai pemilik rataan gol terbaik di pentas Serie A sepanjang masa, dengan total 28 gol dari 35 pertandingan (Genoa dan Inter) atau rataan 0.8 gol per pertandingan.[10] Konsistensi yang telah Milito tunjukkan di klub-klub sebelumnya dipertahankan sepanjang musim debutnya di Inter. Setelah beberapa pertandingan pertama dilakoni, ia telah membuktikan dirinya sebagai pemain penting untuk skuad.

Selama pertandingan-pertandingan terakhir di musim 2009–2010, Milito membuktikan impian Inter dalam merengkuh treble pertama dalam sejarah persepak bolaan Italia. Pesepak bola asal Argentina tersebut pertama-tama mencatak gol tunggal saat menaklukkan Roma pada final Coppa Italia 2010 pada 5 Mei 2010, yang membuat Nerazzurri membawa pulang trofi pertama mereka pada musim ini.[11] Sebelas hari kemudian, gol Milito menjadi penentu scudetto ke-18 Inter ketika mengalahkan Siena 1–0 pada matchday terakhir Serie A. Milito menyatakan bahwa gol tersebut merupakan gol terbaik dalam kariernya.[12] Cerita tentang Milito pun belum berakhir, pada 22 Mei 2010 Milito lagi-lagi membuktikan kapasitasnya saat mencetak dua gol untuk mengunci kemenangan Inter pada final Liga Champions 2010 atas Bayern Munich. Alhasil, Inter mendapat trofi Liga Champions pertama mereka dalam 45 tahun terakhir dan berhasil melengkapi koleksi trofi treble mereka yang bersejerah pada musim tersebut.[13]

Setelah sukses menyabet treble trophy, banyak kalangan ahli yang mencatat fakta bahwa walupun Milito dari sebelumnya selalu menjadi penyerang yang efektif dan efisien, ia masih dipandang remeh di dunia sepak bola karena pribadinya yang rendah hati dan fakta bahwa ia sebelumnya berkarier di klub-klub yang kurang kompetitif sebelum bergabung dengan Inter.[14] Mencetak gol pada pertandingan terbesar untuk sebuah tim yang besar membuat ia, kini, mendapat pengakuan yang layak sebagai seorang striker berkat skill dan rekor gol yang ia miliki.
Pada 9 Agustus 2010, Milito meneken kontrak baru berdurasi empat tahun dengan Nerazzurri.[15] Pada 26 August 2010, Milito dinobatkan menjadi Pemain Terbaik UEFA 2010 dan Pemain Depan Terbaik UEFA 2010.

Penghargaan
Klub
Racing Club
Divisi Utama Argentina (1): 2001–02

Internazionale
Serie A (1): 2009–10
Coppa Italia (2): 2009–10, 2010–11
Supercoppa Italiana (1): 2010
Liga Champions UEFA (1): 2010
Piala Dunia Antarklub FIFA (1): 2010

Individual
Guerin d'Oro (1): 2008–09
Final Liga Champions UEFA 2010: Man of the Match UEFA
Pemain Depan Terbaik Tahunan UEFA (1): 2009–10
Pemain Terbaik Tahunan UEFA (1): 2009–10
Pemain Terbaik Tahunan Serie A (1): 2009–10
Pemain Asing Terbaik Tahunan Serie A (1): 2009–10

Informasi pribadi
Nama lengkap Diego Alberto Milito
Tanggal lahir 12 Juni 1979 (umur 37)
Tempat lahir Bernal, Argentina
Tinggi 1.83 m (6 ft 0 in)[1]
Posisi bermain Penyerang

Informasi klub
Klub saat ini Racing Club (pensiun Mei 2016)
Nomor 22
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
1999–2003 Racing Club 137 (34)
2003–2005 Genoa 59 (33)
2005–2008 Zaragoza 108 (53)
2008–2009 Genoa 31 (24)
2009–2014 Internazionale 128 (62)
2014– 2016 Racing Club 17 (6)
Tim nasional‡
2003–2011 Argentina 25 (4)
sumber:wikipedia.com

Kamis, 13 Oktober 2016

Jorge Pereyra Diaz (Johor Darul Takzim)

 
Preyra Diaz - JDT FC 11
Woven Scarves
Made in Turkey

Scarvespedia:
Jorge Pereyra Diaz lahir di La Rioja, Argentina. Dia memulai karir profesionalnya dengan Primera B Nacional [2] club Ferro Carril Oeste.
Lanus

Pada 5 Maret 2013, ia menandatangani dengan Lanús. Dia membuat debut dengan 'Granite' pada 13 April, 2013, sebagai pemain pengganti dalam pertandingan liga di mana Lanus mengalahkan All Boys 2-1. [3] Díaz awal pertama kali datang beberapa hari lewat, pada 17 April, dalam Copa Argentina pertandingan melawan Atlético Rafaela. Dengan Lanús, ia membantu mereka memenangkan Copa Sudamericana 2013, berada dalam tim utama dalam pertandingan Akhir pertama melawan Ponte Preta.
Johor Darul Ta'zim
2014

Jorge Pereyra Diaz menandatangani kontrak 3 tahun, dengan tim Liga Malaysia Super Johor Darul Ta'zim pada Mei 2014. Biaya perpindahan dikabarkan menjadi $ 2.000.000 dolar. [4] Dia membuat debut sebagai pemain pengganti pada pertandingan semifinal pertama Piala FA Malaysia menentang Pahang FA. Pada 20 Mei 2014, ia mencetak dua gol untuk membantu Johor Darul Takzim pulang dari ketinggalan 2-0 untuk menang 3-2 melawan Singapore Lions XII di Stadion Jalan Besar. Dia mengakhiri musim ini dengan 15 gol dalam 29 pertandingan liga.
2015

Selama musim 2015, ia mencetak 2 gol melawan Ayeyawady United dalam kemenangan 5-0 pada Piala AFC. Pada 12 Juli 2015, Diaz telah dipinjamkan ke Independiente.
Independiente (Pinjaman)

Diaz hanya membuat 7 pertandingan liga untuk Independiente. Setelah 4 bulan masa pinjamannya, Diaz kembali ke JDT.
2016

Setelah berakhirnya pinjamannya dengan Independiente, Diaz kembali ke JDT untuk Musim 2016.

Diaz merupakan penyerang berbisa bagi tim JDT yang kompatibel disandingkan bersama rekan senegaranya, Juan Martin Lucero. Diaz berhasil mencetak gol-gol menarik sepanjang musim 2016. Dia mencetak gol pertamanya pada musim 2016 ketika meladeni T-Team FC 2-0. Antara lain, ia berhasil mencetak nama selaku penyerang berbisa ketika meledak 1 gol dan 2 assist ketika JDT ronta Ayeyawady United 8-2. Dia juga mencetak gol kemenangan menumpas PKNS FC 2-1 dalam tahap Final Piala FA 2016.

Sejauh September 2016, Diaz berhasil membantu JDT menjuarai Liga Super, Piala Sumbangsih, dan Piala FA. Sejauh 17.09.2016, Diaz telah berhasil mencetak 17 gol dalam Liga Super, 8 gol bagi Piala FA, dan 4 gol bagi Piala AFC.
Jorge Pereyra Díaz
Maklumat peribadi
Nama penuh Jorge Rolando Pereyra Diaz[1]
Tarikh lahir 5 Ogos 1990 (26 tahun)
Tempat lahir La Rioja, Argentina
Tinggi 1.78 m (5 ka 1018 in)
Posisi permainan Penyerang
Maklumat kelab
Kelab terkini Johor Darul Ta'zim
Nombor 11
Kerjaya senior*
Tahun Pasukan Kmncln (Gol)
2008–2013 Ferro Carril Oeste 86 (15)
2013–2014 Lanús 42 (6)
2014– Johor Darul Ta'zim 35 (16)
2015-2016 Independiente (pinjaman) 7 (0)
2016- Johor Darul Ta'zim 12 (7)
sumber:wikipedia.com

Super Mokh-Lagenda Malaysia

  

Super Mokh-Lagenda Malaysia
Knitted Scarves
Made in Turkey
Scarvespedia:
Allahyarham Dato 'Mohamad Mokhtar Dahari [1] (13 November 1953 - 11 Juli 1991) adalah pemain sepak bola asosiasi nasional Malaysia dari Selangor. Dia merupakan salah seorang pemain terbaik di Asia pada dekade 1970an dan terkenal sebagai pemain sepakbola terbaik di Malaysia pada saat itu, seorang legendasepakbola negara. Selama tahun 1970an, beliau mewakili Malaysia sekaligus menjadi tim terhandal dan mengalahkan Korea Selatan dan Jepang.

Dia diberikan julukan Supermokh [2] karena kehebatannya di lapangan, kekuatan dan kemampuannya mencetak gol sepanjang karirnya. Salah satu saat indah Mokhtar adalah ketika ia berjabat tangan dengan Diego Maradona sebelum pertandingan persahabatan antara Selangor FA dan Boca Juniors.
Meskipun tidak diakui di panggung internasional, Mokhtar mencetak 175 gol untuk Selangor, 20 gol dan 13 penampilan di Kwong Yik Bank. Penelitian menunjukkan ia mencetak 5 gol dalam 20 pertandingan di Malaysia. Mokhtar meninggal dunia pada 11 Juli 1991 di Pusat Perubatan Universiti Malaya setelah sekian lama bertarung dengan penyakit saraf.

Karir
Mokhtar Dahari pertama kali bermain untuk Selangor FA di Burnley Youth Cup, yang dimenangkan. Dia kemudian diminta untuk bermain untuk Selangor FA secara teratur. Dia menjadi pemain terhebat di musim pertamanya untuk Selangor. Dia membantu Selangor memenangkan berbagai kejuaraan, terutama Piala Malaysia. Kemudian, ia dipilih untuk bermain untuk tim nasional Malaysia.
Dia baru berusia 19 tahun saat pertama kali bermain untuk tim sepakbola nasional Malaysia di turnamen internasional. Mokhtar membantu Selangor FA memenangkan Piala Malaysia 10 kali dan mencetak 177 gol bersama.

Dia adalah striker terbaik di Malaysia. Permainan pertamanya untuk tim nasional sepak bola Malaysia adalah saat melawan tim sepak bola timnas Sri Lanka pada tahun 1972. Dia telah membantu Malaysia memenangkan medali perunggu Asian Games 1974 dan medali emas SEA Games berturut-turut pada tahun 1977 dan 1979.

Dia juga mencetak gol kemenangan dua kali 2-0 Liga Malaysia XI melawan Arsenal FC dalam pertandingan persahabatan pada tahun 1975 yang menyebabkan rumor menarik bagian klub Inggris kepadanya.
Setelah pertandingan, dia mendapat tawaran dari raksasa Eropa, Real Madrid CF tetapi menolak bergabung karena patriotisme ke Malaysia dan Selangor FA. [3] [4]
Terkenal dengan kecepatan dan ketepatannya, Mokhtar diberi predikat penyerang terbaik Asia oleh majalah World Star Soccer ketika berusia 23 tahun.

Mokhtar terkenal dengan kecepatannya. Auman "Supermokh" dari publik menjadi keharusan. Banyak generasi muda mengidolakan beliau. Bahkan ada yang mencoba meniru gayanya di lapangan. Mokhtar mencetak gol sekali untuk Malaysia dari separuh jalan menentang Joe Corrigan melalui pukulan dahsyat 1-1 melawan Inggris B pada 1978, menggiring babak lalu tim lawan bimbingan Bobby Robson. [7] Meskipun diingat adalah ketika Gordon Hill memuji Mokhtar sebagai Hero Dahari di majalah Shot! dalam kolom beliau setelah kunjungan England B pada tahun 1978.

Prestasi
Klub
Selangor FA
Piala Malaysia (10): 1972, 1973, 1975, 1976, 1978, 1979, 1981, 1982, 1984, 1986
Piala Sumbangsih (3): 1984, 1985, 1987
Liga Super Malaysia (1): 1984

Timnas Malaysia
Pestabola Merdeka (4): 1973, 1974, 1976, 1979
Sea games (2): 1977, 1979

Individu
Olahragawan Kebangsaan 1976
AFC Century Club Award [16]
World Soccer: The Best Asian Striker 1975
Sumber: wikipedia.com



Minggu, 18 September 2016

Ezequiel Gonzalez (Persiba Bantul)


 
 
Ezequiel Gonzales-Persiba Bantul
Knitted Scarves
Made in Indonesia
 
Informasi pribadi
Nama lengkap Ezequiel González
Tanggal lahir 24 Januari 1983 (umur 33)
Tempat lahir La Plata, Argentina
Tinggi 1.82 m (5 ft 12 in)
Posisi bermain Forward
Informasi klub
Klub saat ini Persiba Bantul
Nomor 9
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
2003-2005 Estudiantes de La Plata 12 (1)
2006-2013 Persiba Bantul 126 (58)
2014 Semen Padang 5 (0)
2014- Persiba Bantul 6 (2)

Playmaker Persiba Bantul Ezequiel Gonzales kian menuai pujian dari pelatih M Basri. Nakhoda tim berjuluk Laskar Sultan Agung ini merasa beruntung memiliki salah satu talenta yang memiliki kualitas di atas rata-rata.
Basri bahkan mengaku sering berandai-andai jika mayoritas pemain yang ditanganinya seperti pemain Eze, sapaan Ezequiel, dirinya merasa yakin Si Merah Persiba dapat melaju ke jalur juara dengan mudah.
“Saya kadang berandai-andai jika pemain saya mayoritas kualitasnya seperti Eze pasti tim ini sangat mudah untuk berprestasi,” ujar eks pelatih PSS Sleman.

Hanya saja, kelemahan yang masih dimiliki pemain asing paling betah berkostum Persiba itu masalah kecepatan saat mengolah bola. Beruntung, skill yang dimiliki Eze mampu menutup kekurangan fatal itu.
Kekaguman terhadap pemakai nomor punggung sembilan itu tak hanya datang dari pelatih saja. Jajaran manajemen Si Merah benar-benar mengapresiasi dedikasi dan loyalitas yang telah ditunjukkan Eze.
Dari segi perilaku yang dimilikinya, Eze juga diapresiasi karena keramahan meski kapasitasnya sebagai pemain asing kenamaan. “Saat bermain emosinya terkontrol, begitu pula saat di luar lapangan ia paling ramah dari sekian banyak pemain asing kami,” ujar Media Oficer Persiba, Ikbal Yustisianto.
Dari karakter yang dimiliki Eze itulah tim selalu mempercayakan ban kapten jika kapten utama, Wahyu Wijiastanto, absen di pertandingan. Keberadaan Eze mampu memberi motivasi bagi para rekannya.
Kelompok suporter Persiba, Paserbumi, pun seakan sudah menjadikan Eze sebagai ikon abadi.

sumber: wikipedia.com & solopos.com

Leggenda Inter La Storia Triplete

Leggenda Inter La Storia Triplete
Knitted Scarves
Made in Poland

Scarvespedia:
Kali ini akan dibahas kesuksesan Inter Milan saat meraih 3 gelar sekaligus dalam satu musim.
Musim 2009/2010 adalah musim terakhir Jose Mourinho di Italia (bersama Internazionale, entah kelak). Mengawali musim dengan buruk, kalah dari Lazio dalam Supercoppa Italiana, The Special One menutup sejarah bersama Nerazzuri dengan luar biasa. Ia sukses membawa Internazionale untuk pertama kalinya melakukan treble juara: Liga Italia, Coppa Italia, dan Liga Champions; gelar yang gagal diwujudkan Mou di klub sebelumnya, Chelsea.

Musim ini, lebih dari 89 juta euro dikeluarkan Massimo Moratti, presiden Internazionale. Ia membeli striker Argentina, Diego Milito, dari Genoa. Tak lupa, sebuah pembelian penting lain, Samuel Eto’o yang dibarter Zlatan Ibrahimovic plus uang 49,5 juta Euro. Gelandang Real Madrid, Wesley Sneijder, juga menjadi belanja akurat Moratti yang biasanya sering membuang uang untuk pemain “kurang berguna”.
Ketika memulai musim dengan berlaga di Cina pada Supercoppa Italiana, secara mengejutkan Internazionale didepak Lazio 1-2. Lima belas hari kemudian, dalam laga awal Serie-A, Nerazzuri cuma bermain imbang 1-1 dengan Bari di kandang sendiri. Pesimisme pun merebak. Apalagi duel berikutnya adalah melawan tim sekota, AC Milan. Mourinho menunjukkan ia memang pelatih spesialis menangani tekanan. Internazionale menang 4-0 dan melaju cukup lancar di Serie-A.
Posisi puncak berhasil didapatkan Nerazzuri di pekan ketujuh, dan bertahan hingga hampir menjelang akhir musim. Petaka terjadi pada pekan 33. Cuma bermain imbang dengan Fiorentina 2-2 di kandang lawan, posisi pemuncak klasemen jatuh ke tangan AS Roma. Beruntunglah, performa Internazionale membaik dalam lima laga sisa dengan meraup semua kemenangan. Roma yang berjuang mati-matian, tak bisa menipiskan jarak 2 poin. Pesta gelar juara Liga tiga kali berturut-turut pada masa Mourinho —dan lima kali berturut-turut secara keseluruhan— terjadi di Siena. Sebuah gol Diego Milito cukup mengunci kemenangan Inter, 0-1 saja.

Di Coppa Italia, Inter kembali berduel dengan Roma di final. Lagi-lagi, Nerazzuri berhasil mengatasi Si Serigala. Berduel di Olimpico, lagi-lagi Diego Milito menjadi pahlawan dengan golnya di menit 40.
Keberhasilan Internazionale di dua kompetisi berlanjut ke tingkat Eropa. Awalnya, Inter sempat menjadi pecundang saat ditekuk Barcelona 0-2 di Camp Nou (kekalahan tertelak Inter musim itu) dan bermain imbang 0-0 di Giuseppe Meazza. Dua pertandingan ini terjadi di penyisihan grup.
Kedua tim kembali bertemu di semifinal. Barcelona yang mesti menempuh perjalanan darat yang melelahkan, dibekap 3-1 di kandang. Lalu, Inter benar-benar bisa membalaskan dendam mereka di babak penyisihan setelah cuma kalah 1-0 di Camp Nou.
Terakhir, di final, menghadapi Bayern Muenchen, kembali Diego Milito yang menjadi pahlawan. Dua golnya mengatasi perlawanan FC Holywood dan menutup masa Jose Mourinho di Italia dengan treble gemilang. Untuk pertama kalinya pula Mourinho mengangkat trofi Liga Champions setelah lima tahun. Gelar pertamanya didapatkan saat masih menangani Porto.

Fakta Internazionale 2009/2010
Serie-A: Juara (poin 82)
Coppa Italia: Juara (menang 1-0)
Liga Champions: Juara (menang 2-0 atas Bayern Muenchen)
Supercoppa Italiana: Runner-up (kalah dari Lazio 1-2).

Skuad Internazionale Milan 2009 / 2010

GOALKEEPER
12. Julio Cesar, telah menjadi andalan Inter Milan sejak beberapa musim terakhir. Dialah palang pintu terakhir tim Nerazzuri. Berkat kejeliannya dan kepemimpinannya di bawah mistar, lini belakang Inter mampu bernafas sedikit lega meskipun bola lepas dari pengawasan mereka. Kiper berusia 30 tahun ini juga merupakan kiper no 1 di Timnas Brazil. Cadangan pengganti dan pelapis goalkeeper di Inter Milan adalah, 1. Fransesco Toldo, 21. Paolo Orlandoni, dan 51. Belec Vid. Melihat nama pelapis Julio Cesar tersebut, sudah seharusnyalah Inter mencari pengganti 2 nama gaek di atas, yaitu Toldo dan Orlandoni. Sedangkan Belec masih terlalu hijau dan belum banyak pengalaman, sehingga jika kiper utama Cesar cedera, gawang Inter akan sangat riskan kebobolan.
Dengan formasi standar 2 winger dan 2 MC, komposisi pemain tengah Inter amatlah memadai. Untuk posisi MR, dapat diisi oleh 7. Quaresma, 10. Sneijder, atau pun Zanetti yang ditarik maju ke tengah. Posisi ML dapat ditempati oleh gelandang energik 11. Muntari atau 30. Mancini. Sedangkan sebagai jangkar, Inter biasa mengandalkan duet 19. Cambiasso dan 8. Thiago Motta. Cambiasso dengan stamina yang tak pernah habis, serta skill individual Motta dapat diandalkan Mourinho untuk membangun fondasi yang kuat di tengah, demi ball possesion yang lebih baik. Tak hanya mereka yang dapat diandalkan, jajaran pemain cadangan Inter siap menopang kinerja lini tengah. Sebut saja pemain berpengalaman 5. Dejan Stankovic dan 14. Patrick Vieira. Adapula 2 tenaga muda yang dapat belajar banyak dari para seniornya, 20. Obi Joel dan 15. Rene Krhin.

MIDDLEFIELDER
Dengan formasi standar 2 winger dan 2 MC, komposisi pemain tengah Inter amatlah memadai. Untuk posisi MR, dapat diisi oleh 7. Quaresma, 10. Sneijder, atau pun Zanetti yang ditarik maju ke tengah. Posisi ML dapat ditempati oleh gelandang energik 11. Muntari atau 30. Mancini. Sedangkan sebagai jangkar, Inter biasa mengandalkan duet 19. Cambiasso dan 8. Thiago Motta. Cambiasso dengan stamina yang tak pernah habis, serta skill individual Motta dapat diandalkan Mourinho untuk membangun fondasi yang kuat di tengah, demi ball possesion yang lebih baik. Tak hanya mereka yang dapat diandalkan, jajaran pemain cadangan Inter siap menopang kinerja lini tengah. Sebut saja pemain berpengalaman 5. Dejan Stankovic dan 14. Patrick Vieira. Adapula 2 tenaga muda yang dapat belajar banyak dari para seniornya, 20. Obi Joel dan 15. Rene Krhin.

FORWARD
Duet 22. Diego Milito, dan mantan bintang Barcelona, 9. Samuel Eto’o sudah hampir pasti bakal menjadi penghuni tetap first 11 Inter. Speed Eto’o dipadu dengan teknik yang amat menawan dari Milito mampu menjanjikan sesuatu yang lebih kepada Interisti. Keaduanya telah membuktikan kualitasnya baik di ajang pre-season lalu, maupun saat liga berjalan. Yang terbaru, duet Milito mampu mengobrak abrik lini belakang Milan di dalam Derby de la Madonnia, dengan 4 gol tanpa balas. Selain itu, ada 18. David Suazo, Marko Arnautovic, dan the Rising Star, 45. Mario Balotelli, yang mampu dijadika n pelapis maupun penunjang sistem rotasi di lini depan Inter Milan.
sumber:wikipedia.com dan sumber lainnya


Become A Legend (Persija Jakarta)


Become a Legend-Persija Jakarta
Knitted Scarves
Made in Poland

Legend Era '60

Soetjipto Soentoro
Figur Soetjipto Soentoro masuk barisan legenda besar di Persija. Pemain asli Gandaria, Jakarta Selatan ini memulai karier sepak bolanya dari klub IPPI Kebayoran Baru. Di usia muda, ia sudah dilirik oleh klub internal Persija, PS Setia.
Saat berlaga kompetisi internal Persija, kiprah Soetjipto Soentoro langsung bersinar di musim perdanannya. Tanpa perlu menunggu waktu lama, pemain yang mempunyai julukan Gareng itu pun langsung masuk ke skuat senior Persija asuhan Wuwungan.
Langkah Soetjipto ini terbilang hebat. Saat rekan-rekanya memulai karier dari Persija U-18 sebelum promosi ke tim senior, pemain yang terkenal dengan tendangan gledeknya itu langsung bergabung masuk skuat senior yang kala itu masih diisi oleh Wim Pie, Tan Liong Houw, Paidjo dan Bob Hippy.

Kemampuan hebat gareng akhirnya kembali dilirik oleh suksesor Wuwugan di Persija, yakni Liem Soen Joe alias drg Endang Witarsa. Oleh Dokter (sapaan akrab Liem Soen Joe), Soetjipto pun langsung dijadikan andalan dalam skema ofensif Persija 2-3-5.
Puncaknya tahun 1964, yakni Soetjipto menjadi kapten dan andalan Persija mencetak gol. Posisinya sebagai penyerang lubang, yang bergerak bebas di antara gelandang dan penyerang membuat bebas berkreasi di lapangan.
Hasilnya, Persija menjadi tim juara tanpa terkalahkan di perhelatan kompetisi Perserikatan. Tak hanya juara, Soetijpto pun menjadi top scorer dengan torehan 16 gol. Di usia yang baru menginjak 23 tahun, Soetjipto merasakan lengkapnya gelar sebagai kapten tim juara dan pencetak gol terbanyak di Indonesia.
Soetjipto pensiun dari Persija tahun 1971. Pada tahun terakhirnya itu, ia gagal mempersembahkan gelar juara bagi Persija. Si Merah-Poetih dari Jakarta itu harus mengakui kedigdayaan PSMS Medan.
Nama julukan Soetjipto, Gareng, kini dijadikan sebutan di tribune Stadion Utama Gelora Bung Karno oleh pendukung Persija. Nama Gareng Area yang berada di Sektor 6 Stadion GUBK merupakan simbol penghormatan suporter.

Legenda Era '70
Iswadi Idris...

Iswadi Idris (lahir di Banda Aceh, Aceh,18 Maret 1948 – meninggal di Jakarta,11 Juli 2008 pada umur 60 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia [1]. Pemain yang dijuluki "Boncel" karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSIsebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor punggung 13.
Iswadi Idris mengawali debutnya bersama dengan Persija pada tahun 1966. Ia mengawali debutnya bersamaPersija dengan memperoleh hasil buruk ketika timnya hanya menempati peringkat 4 pada kompetisi Perserikatantahun 1966.

Kejurnas PSSI 1975
Kemudian pada tahun 1975, ia berhasil membawa Persija juara Perserikatan bersama dengan PSMS karena pertandingan antara Persija dan PSMS terjadi kericuhan antar pemain. Ketika itu Persija mengawalinya dengan kemenangan atas Persigowa.
partai final, Persija bertemu dengan PSMS Medan dan pertandingan terpaksa harus dihentikan pada menit 40 karena terjadi clash antarpemain dan pembangkangan terhadap wasit sehingga PSSI menetapkan keduanya sebagai juara bersama.
Kejurnas PSSI 1978
Pada tahun 1978 ia tidak berhasil membawa Persija menjadi juara bertahan dalam Kompetisi Perserikatan 1978 setelah dalam partai final kalah 4-3 dari Persebaya di Stadion Utama Senayan, Jakarta.
Bersama Timnas Indonesia di Asian Games 1970
Prestasi yang paling membanggakan di timnas adalah ketika ia berhasil membawa timnya meraih medali perak dalam Asian Games 1970. Ketika itu, Indonesia tergabung di Grup C bersama dengan Iran dan Korea Selatan. Sayangnya Indonesia hanya menempati urutan kedua dalam klasemen grup, namun posisi tersebut berhasil membawa timnya lolos ke babak perempat final. Di babak perempat final, perjuangannya harus terhenti setelah timnya kalah dari India dan Jepang. Hasil ini mengharuskan Indonesia harus bertanding dalam perebutan tempat kelima. Indonesia akhirnya berhasil meraih kemenangan atas Thailand seelah Soetjipto mencetak gol penentu kemenangan timnya 1-0. dan akhirnya Indonesia berhasil meraih medali perak.

Legenda Era '80
Rahmad Darmawan

Mayor Mar Drs. Rahmad Darmawan, (lahir di Metro, Lampung, 28 November 1966; umur 48 tahun[1]) adalah mantan pemain sepak bola Indonesia yang saat ini berkarier sebagai pelatih sepak bola. Rahmad pernah menjabat pelatih tim nasional Indonesia U-23, sebelum ia mengundurkan diri pada 13 Desember 2011.[2]. Pada tanggal 19 Januari 2012 Rahmad resmi menjadi pelatih klub Pelita Jaya. Dan pada tahun awal musim 2012-2013 RD Melatih klub asal Malang Arema Indonesia. Pada tahun 2013, ia resmi menjadi Pelatih Kepala Timnas U-23 dan pelatih Persija Jakarta dan berkompetisi di Liga Super Indonesia.
Saat ini coach RD melatih Terengganu di Liga Super Malaysia.
Pada April 2016, Rahmad dinobatkan sebagai pelatih terbaik di Liga Super Malaysia (MSL) edisi April.

Legenda Era '90
Luciano Leandro

Luciano Leandro pertama kali merumput di Indonesia pada Ligina Indonesia (sering disingkat Ligina) 2 pada musim 1995-1996. Bersama Jacksen F Tiago dan Marcio Novo, Luciano adalah pemain generasi awal pemain asing yang bermain di Indonesia. Saat itu, PSSI mengeluarkan kebijakan membolehkan klub bola di Indonesia menggunakan pemain asing meski jumlahnya dibatasi. Harapan PSSI adalah agar para pemain asing itu mampu menularkan skill pada pemain lokal.
Bersama Jacksen F Tiago dan Marcio Novo, Luciano membawa PSM mencapai babak final Ligina 2 di musim pertamanya. Pemain dengan ciri khas rambut panjang dikuncir ini kemudian membawa PSM menjadi semifinalis pada Liga Indonesia III (Semifinalis) dan Peringkat I Wilayah Timur pada Liga Indonesia IV. Sayangnya, kompetisi berhenti di tengah jalan karena kondisi keamanan nasional yang saat itu tidak memungkinkan dengan adanya kerusuhan 98.
Sebagai pemain, Luciano merupakan petarung lini tengah yang memiliki kemampuan seimbang antara menyerang dan bertahan. Penampilan gemilang pemain berkaos no punggung 10 saat membela PSM Makassar ini membuat Persija Jakarta kepincut dan kemudian meminangnya pada musim 2000/2001.
Pada musim pertamanya di Jakarta, Luciano berhasil membawa Persija menjuarai Ligina VII. Di Stadion Gelora Bung Karno, tanggal 7 Oktober 2001, Persija Jakarta menghempaskan PSM Makassar dengan skor 3 -2. Luciano membawa Persija menjadi juara setelah mengalahkan klub yang sangat dicintainya.

Legenda Era 2000
Bambang Pamungkas

Bambang Pamungkas (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 10 Juni 1980; umur 35 tahun), juga dikenal sebagai Bepe, adalah pemain sepak bola Indonesia yang bermain untuk Persija Jakarta di Liga Super Indonesia dan Tim nasional sepak bola Indonesia. Posisi alami nya adalah striker. Bambang membuat namanya di sepak bola Asia Tenggara ketika ia mencetak satu-satunya gol untuk Indonesia di Piala Tiger 2002 semifinal melawan Malaysia,[2] dan merupakan pencetak gol terbanyak turnamen dengan delapan gol.[3]
Bambang dianggap memiliki header bola yang luar biasa, dan memiliki reputasi untuk ketajaman di kotak penalti.[4] Dia adalah pemain Indonesia yang paling banyak mengoleksi caps dan pencetak gol, dengan 85 caps dan 37 gol. Dia adalah pemain yang paling populer di tim nasional Indonesia.[5]
Saat masih bermain dalam tim remaja Jawa Tengah, ia pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Haornas, sebuah kejuaraan tingkat remaja. Bambang juga pernah menjadi pencetak gol terbanyak untuk skuat Indonesia di Piala Asia U-19 Grup V, dengan 7 gol.

Prestasi
Prestasi Klub
juara Liga Indonesia : Persija Jakarta (2001)
juara Malaysia Premier League : Selangor FA (2005)
juara Malaysia FA Cup : Selangor FA (2005)
juara Malaysia Cup : Selangor FA (2005)

Prestasi Negara
Juara Piala Kemerdekaan : Indonesia (2000), (2008)

Prestasi Individu
Haornas Cup Most Valuable Player : (1996)
Liga Indonesia Top Scorer : Persija Jakarta (1999-00)
Liga Indonesia Best player : Persija Jakarta (2001)
2002 Tiger Cup Top scorer : Tim Nasional Sepak Bola Indonesia (2002)
Malaysia Premier League Top Scorer : Selangor FA (2005)
Malaysia Cup Player of the Year : Selangor FA (2005)
FA Cup Malaysia Top Scorer : Selangor FA (2005)
Copa Indonesia Pemain Terbaik : Persija Jakarta (2007)
sumber: wikipedia.com


Kamis, 25 Agustus 2016

Alex Del Piero (Inafferrabile Del Piero)


Inafferrabile Alex Del Piero
Juventus
Knitted Scarves
Made in Italy


Scarvespedia:
Alessandro Del Piero (pengucapan bahasa Italia: [alesˈsandro del ˈpjɛːro]) Ufficiale OMRI[2][3] (lahir di Conegliano, Veneto, Italia, 9 November 1974; umur 41 tahun) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia yang bermain untuk klub Delhi Dynamos. Memulai karier pada tahun 1991 di Serie B di Padova, sejak tahun 1993 ia telah bermain di Juventus. Posisi yang ia isikan biasanya adalah posisi penyerang atau gelandang serang. Del Piero dikenal mempunyai dribble yang baik, serta ahli dalam bola - bola mati. Meskipun seorang penyerang, ia lebih berperan sebagai pencipta serangan daripada penyelesai serangan.namun demikian bukan berarti dia tidak pernah menjadi pencetak gol terbanyak. Buktinya pada musim 2007-2008, pemain ganteng ini menjadi Top Skor Liga Italia (Capocanonieri / pencetak gol terbanyak). pada 10 Januari 2006 ia menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah bagi Juventus setelah mengoleksi 199 gol dalam 13 tahun sebagai pemain Juventus.
Suami dari Sonia Amoruso ini pernah dilirik oleh Arsenal, tetapi ia memilih tetap membela Juventus yang karena skandal suap dihukum terdegradasi ke Serie B. Alessandro Del Piero juga terkenal karena tendangan bebasnya. Dia adalah kapten dan pemain yang paling di favoritkan masyarakat Turin. Walau dia bukan kelahiran Turin tapi dia adalah idola bagi kebanyakan masyarakat Turin. Del Piero juga turut membantu timnas Italia memenangkan Piala Dunia 2006 lalu dengan sebuah golnya ke gawang Jerman yang membuat Italia unggul 2 - 0 atas tim tuan rumah.
Setelah 19 tahun membela Juventus F.C., musim 2011-2012 menjadi musim terakhir bagi del Piero yang kotraknya tidak diperpanjang lagi.[4]

Kehidupan awal

Lahir di Conegliano, Veneto, Del Piero adalah putra dari Gino, tukang listrik, dan Bruna, pembantu rumah tangga.[5] Dia sering memainkan sepak bola di halaman belakang dengan dua orang temannya, Nelso dan Pierpaolo, saat kecil. Ketiganya bermimpi menjadi pemain, tetapi hanya Del Piero yang akhirnya berhasil melakukannya.[6] Kakak Alessandro, Stefano, pernah sebentar bermain sepak bola profesional untuk Sampdoria sebelum cedera membatasi kariernya. Keluarga itu tinggal di dusun Saccon, rumah pedesaan di San Vendemiano. Sementara ia tumbuh dewasa, keluarga Del Piero tidak punya banyak uang untuk bepergian ke luar negeri, jadi ia menjadi seorang sopir truk untuk bisa melihat dunia.
Saat bermain untuk tim muda lokal San Vendemiano,[7] Del Piero ditempatkan sebagai kiper karena ia bisa bermain sepak bola lebih banyak jika seperti itu. Ibunya berpikir itu akan lebih baik baginya jika ia bermain sebagai seorang penjaga gawang karena ia tidak akan berkeringat dan kemungkinan dia cedera lebih kecil. Saudaranya Stefano berkomentar kepada ibu mereka bahwa Alessandro tampak lebih baik bermain di posisi menyerang dan Del Piero pada akhirnya beralih.[8]

Gaya bermain

Del Piero biasanya bermain sebagai second striker dan kadang-kadang berposisi di antara lini tengah dan striker, yang dikenal di Italia sebagai posisi trequartista karena visinya, kemampuan dan kreativitas dribbling.[9] Gaya bermain Del Piero dianggap oleh para kritikus sepak bola sebagai kreatif dalam menyerang, membantu banyak assist serta mencetak gol sendiri, dibandingkan dengan hanya "berburu gol".[5]
Di bawah asuhan Marcello Lippi sebagai pelatih Juventus, Del Piero bermain di " trisula serangan " formasi bersama dengan veteran Gianluca Vialli dan Fabrizio Ravanelli. Setelah itu, ia mengambil peran dalam kombinasi dengan Zinedine Zidane di belakang Filippo Inzaghi. Setelah gaya bermain Juventus berubah ketika kedatangan keduakalinya Lippi dengan Juventus pada tahun 2001, Del Piero bermitra dengan pengganti Zidane, Pavel Nedved di lini tengah, dengan David Trezeguet di depan.[10][11] Ia juga digunakan sesekali sebagai pemain sayap untuk timnas Italia saat bermain di bawah asuhan Arrigo Sacchi.
Del Piero adalah spesialis tendangan bebas dan tendangan penalti ( 62 gol dengan penalti ) dia adalah pencetak gol tendangan bebas terbanyak dan sepanjang masa sebagai pemain Italia ( 49 gol : 43 gol di klub , 6 gol di tim nasional Italia ).[9][12]

Setelah mencetak gol, Del Piero sering merayakan dengan berlari ke pinggir lapangan di depan fans Juventus sambil menjulurkan lidahnya, ia juga melakukan perayaan gol dengan pemain lain, atau menunjuk ke langit mendedikasikan gol untuk ayahnya.[14]

Prestasi

Juventus
  • 6 Serie A: 1994–95, 1996–97, 1997–98, 2001–02, 2002–03, 2011–12;
  • 1 Serie B: 2006–07
  • 1 Coppa Italia: 1994–95
  • 4 Supercoppa Italiana: 1995, 1997, 2002, 2003
  • 1 UEFA Champions League: 1995–96;
  • 1 UEFA Super Cup: 1996
  • 1 UEFA Intertoto Cup: 1999
  • 1 Intercontinental Cup: 1996
  • 1 Torneo di Viareggio: 1994
  • 1 Campionato Nazionale Primavera: 1993–94

Italy

  • 1 FIFA World Cup: 2006

Informasi pribadi
Nama lengkap Alessandro Del Piero
Tanggal lahir 9 November 1974 (umur 41)
Tempat lahir Conegliano, Veneto, Italia
Tinggi 1.73 m (5 ft 8 in)[1]
Posisi bermain Penyerang
Informasi klub
Klub saat ini -
Nomor -
Karier junior
1981—1988 San Vendemiano
1988—1993 Padova
1993—1994 Juventus
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
1991–1993 Padova 14 (7)
1993–2012 Juventus 705 (290)
2012–2014 Sydney FC 48 (27)
2014–2015 Delhi Dynamos 10 (5)
Tim nasional
1993—1996 Italia U-21 11 (3)
1995—2008 Italia 95 (38)

 sumber:wikipedia.com