IFSC

IFSC

Minggu, 18 September 2016

Ezequiel Gonzalez (Persiba Bantul)


 
 
Ezequiel Gonzales-Persiba Bantul
Knitted Scarves
Made in Indonesia
 
Informasi pribadi
Nama lengkap Ezequiel González
Tanggal lahir 24 Januari 1983 (umur 33)
Tempat lahir La Plata, Argentina
Tinggi 1.82 m (5 ft 12 in)
Posisi bermain Forward
Informasi klub
Klub saat ini Persiba Bantul
Nomor 9
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
2003-2005 Estudiantes de La Plata 12 (1)
2006-2013 Persiba Bantul 126 (58)
2014 Semen Padang 5 (0)
2014- Persiba Bantul 6 (2)

Playmaker Persiba Bantul Ezequiel Gonzales kian menuai pujian dari pelatih M Basri. Nakhoda tim berjuluk Laskar Sultan Agung ini merasa beruntung memiliki salah satu talenta yang memiliki kualitas di atas rata-rata.
Basri bahkan mengaku sering berandai-andai jika mayoritas pemain yang ditanganinya seperti pemain Eze, sapaan Ezequiel, dirinya merasa yakin Si Merah Persiba dapat melaju ke jalur juara dengan mudah.
“Saya kadang berandai-andai jika pemain saya mayoritas kualitasnya seperti Eze pasti tim ini sangat mudah untuk berprestasi,” ujar eks pelatih PSS Sleman.

Hanya saja, kelemahan yang masih dimiliki pemain asing paling betah berkostum Persiba itu masalah kecepatan saat mengolah bola. Beruntung, skill yang dimiliki Eze mampu menutup kekurangan fatal itu.
Kekaguman terhadap pemakai nomor punggung sembilan itu tak hanya datang dari pelatih saja. Jajaran manajemen Si Merah benar-benar mengapresiasi dedikasi dan loyalitas yang telah ditunjukkan Eze.
Dari segi perilaku yang dimilikinya, Eze juga diapresiasi karena keramahan meski kapasitasnya sebagai pemain asing kenamaan. “Saat bermain emosinya terkontrol, begitu pula saat di luar lapangan ia paling ramah dari sekian banyak pemain asing kami,” ujar Media Oficer Persiba, Ikbal Yustisianto.
Dari karakter yang dimiliki Eze itulah tim selalu mempercayakan ban kapten jika kapten utama, Wahyu Wijiastanto, absen di pertandingan. Keberadaan Eze mampu memberi motivasi bagi para rekannya.
Kelompok suporter Persiba, Paserbumi, pun seakan sudah menjadikan Eze sebagai ikon abadi.

sumber: wikipedia.com & solopos.com

Leggenda Inter La Storia Triplete

Leggenda Inter La Storia Triplete
Knitted Scarves
Made in Poland

Scarvespedia:
Kali ini akan dibahas kesuksesan Inter Milan saat meraih 3 gelar sekaligus dalam satu musim.
Musim 2009/2010 adalah musim terakhir Jose Mourinho di Italia (bersama Internazionale, entah kelak). Mengawali musim dengan buruk, kalah dari Lazio dalam Supercoppa Italiana, The Special One menutup sejarah bersama Nerazzuri dengan luar biasa. Ia sukses membawa Internazionale untuk pertama kalinya melakukan treble juara: Liga Italia, Coppa Italia, dan Liga Champions; gelar yang gagal diwujudkan Mou di klub sebelumnya, Chelsea.

Musim ini, lebih dari 89 juta euro dikeluarkan Massimo Moratti, presiden Internazionale. Ia membeli striker Argentina, Diego Milito, dari Genoa. Tak lupa, sebuah pembelian penting lain, Samuel Eto’o yang dibarter Zlatan Ibrahimovic plus uang 49,5 juta Euro. Gelandang Real Madrid, Wesley Sneijder, juga menjadi belanja akurat Moratti yang biasanya sering membuang uang untuk pemain “kurang berguna”.
Ketika memulai musim dengan berlaga di Cina pada Supercoppa Italiana, secara mengejutkan Internazionale didepak Lazio 1-2. Lima belas hari kemudian, dalam laga awal Serie-A, Nerazzuri cuma bermain imbang 1-1 dengan Bari di kandang sendiri. Pesimisme pun merebak. Apalagi duel berikutnya adalah melawan tim sekota, AC Milan. Mourinho menunjukkan ia memang pelatih spesialis menangani tekanan. Internazionale menang 4-0 dan melaju cukup lancar di Serie-A.
Posisi puncak berhasil didapatkan Nerazzuri di pekan ketujuh, dan bertahan hingga hampir menjelang akhir musim. Petaka terjadi pada pekan 33. Cuma bermain imbang dengan Fiorentina 2-2 di kandang lawan, posisi pemuncak klasemen jatuh ke tangan AS Roma. Beruntunglah, performa Internazionale membaik dalam lima laga sisa dengan meraup semua kemenangan. Roma yang berjuang mati-matian, tak bisa menipiskan jarak 2 poin. Pesta gelar juara Liga tiga kali berturut-turut pada masa Mourinho —dan lima kali berturut-turut secara keseluruhan— terjadi di Siena. Sebuah gol Diego Milito cukup mengunci kemenangan Inter, 0-1 saja.

Di Coppa Italia, Inter kembali berduel dengan Roma di final. Lagi-lagi, Nerazzuri berhasil mengatasi Si Serigala. Berduel di Olimpico, lagi-lagi Diego Milito menjadi pahlawan dengan golnya di menit 40.
Keberhasilan Internazionale di dua kompetisi berlanjut ke tingkat Eropa. Awalnya, Inter sempat menjadi pecundang saat ditekuk Barcelona 0-2 di Camp Nou (kekalahan tertelak Inter musim itu) dan bermain imbang 0-0 di Giuseppe Meazza. Dua pertandingan ini terjadi di penyisihan grup.
Kedua tim kembali bertemu di semifinal. Barcelona yang mesti menempuh perjalanan darat yang melelahkan, dibekap 3-1 di kandang. Lalu, Inter benar-benar bisa membalaskan dendam mereka di babak penyisihan setelah cuma kalah 1-0 di Camp Nou.
Terakhir, di final, menghadapi Bayern Muenchen, kembali Diego Milito yang menjadi pahlawan. Dua golnya mengatasi perlawanan FC Holywood dan menutup masa Jose Mourinho di Italia dengan treble gemilang. Untuk pertama kalinya pula Mourinho mengangkat trofi Liga Champions setelah lima tahun. Gelar pertamanya didapatkan saat masih menangani Porto.

Fakta Internazionale 2009/2010
Serie-A: Juara (poin 82)
Coppa Italia: Juara (menang 1-0)
Liga Champions: Juara (menang 2-0 atas Bayern Muenchen)
Supercoppa Italiana: Runner-up (kalah dari Lazio 1-2).

Skuad Internazionale Milan 2009 / 2010

GOALKEEPER
12. Julio Cesar, telah menjadi andalan Inter Milan sejak beberapa musim terakhir. Dialah palang pintu terakhir tim Nerazzuri. Berkat kejeliannya dan kepemimpinannya di bawah mistar, lini belakang Inter mampu bernafas sedikit lega meskipun bola lepas dari pengawasan mereka. Kiper berusia 30 tahun ini juga merupakan kiper no 1 di Timnas Brazil. Cadangan pengganti dan pelapis goalkeeper di Inter Milan adalah, 1. Fransesco Toldo, 21. Paolo Orlandoni, dan 51. Belec Vid. Melihat nama pelapis Julio Cesar tersebut, sudah seharusnyalah Inter mencari pengganti 2 nama gaek di atas, yaitu Toldo dan Orlandoni. Sedangkan Belec masih terlalu hijau dan belum banyak pengalaman, sehingga jika kiper utama Cesar cedera, gawang Inter akan sangat riskan kebobolan.
Dengan formasi standar 2 winger dan 2 MC, komposisi pemain tengah Inter amatlah memadai. Untuk posisi MR, dapat diisi oleh 7. Quaresma, 10. Sneijder, atau pun Zanetti yang ditarik maju ke tengah. Posisi ML dapat ditempati oleh gelandang energik 11. Muntari atau 30. Mancini. Sedangkan sebagai jangkar, Inter biasa mengandalkan duet 19. Cambiasso dan 8. Thiago Motta. Cambiasso dengan stamina yang tak pernah habis, serta skill individual Motta dapat diandalkan Mourinho untuk membangun fondasi yang kuat di tengah, demi ball possesion yang lebih baik. Tak hanya mereka yang dapat diandalkan, jajaran pemain cadangan Inter siap menopang kinerja lini tengah. Sebut saja pemain berpengalaman 5. Dejan Stankovic dan 14. Patrick Vieira. Adapula 2 tenaga muda yang dapat belajar banyak dari para seniornya, 20. Obi Joel dan 15. Rene Krhin.

MIDDLEFIELDER
Dengan formasi standar 2 winger dan 2 MC, komposisi pemain tengah Inter amatlah memadai. Untuk posisi MR, dapat diisi oleh 7. Quaresma, 10. Sneijder, atau pun Zanetti yang ditarik maju ke tengah. Posisi ML dapat ditempati oleh gelandang energik 11. Muntari atau 30. Mancini. Sedangkan sebagai jangkar, Inter biasa mengandalkan duet 19. Cambiasso dan 8. Thiago Motta. Cambiasso dengan stamina yang tak pernah habis, serta skill individual Motta dapat diandalkan Mourinho untuk membangun fondasi yang kuat di tengah, demi ball possesion yang lebih baik. Tak hanya mereka yang dapat diandalkan, jajaran pemain cadangan Inter siap menopang kinerja lini tengah. Sebut saja pemain berpengalaman 5. Dejan Stankovic dan 14. Patrick Vieira. Adapula 2 tenaga muda yang dapat belajar banyak dari para seniornya, 20. Obi Joel dan 15. Rene Krhin.

FORWARD
Duet 22. Diego Milito, dan mantan bintang Barcelona, 9. Samuel Eto’o sudah hampir pasti bakal menjadi penghuni tetap first 11 Inter. Speed Eto’o dipadu dengan teknik yang amat menawan dari Milito mampu menjanjikan sesuatu yang lebih kepada Interisti. Keaduanya telah membuktikan kualitasnya baik di ajang pre-season lalu, maupun saat liga berjalan. Yang terbaru, duet Milito mampu mengobrak abrik lini belakang Milan di dalam Derby de la Madonnia, dengan 4 gol tanpa balas. Selain itu, ada 18. David Suazo, Marko Arnautovic, dan the Rising Star, 45. Mario Balotelli, yang mampu dijadika n pelapis maupun penunjang sistem rotasi di lini depan Inter Milan.
sumber:wikipedia.com dan sumber lainnya


Become A Legend (Persija Jakarta)


Become a Legend-Persija Jakarta
Knitted Scarves
Made in Poland

Legend Era '60

Soetjipto Soentoro
Figur Soetjipto Soentoro masuk barisan legenda besar di Persija. Pemain asli Gandaria, Jakarta Selatan ini memulai karier sepak bolanya dari klub IPPI Kebayoran Baru. Di usia muda, ia sudah dilirik oleh klub internal Persija, PS Setia.
Saat berlaga kompetisi internal Persija, kiprah Soetjipto Soentoro langsung bersinar di musim perdanannya. Tanpa perlu menunggu waktu lama, pemain yang mempunyai julukan Gareng itu pun langsung masuk ke skuat senior Persija asuhan Wuwungan.
Langkah Soetjipto ini terbilang hebat. Saat rekan-rekanya memulai karier dari Persija U-18 sebelum promosi ke tim senior, pemain yang terkenal dengan tendangan gledeknya itu langsung bergabung masuk skuat senior yang kala itu masih diisi oleh Wim Pie, Tan Liong Houw, Paidjo dan Bob Hippy.

Kemampuan hebat gareng akhirnya kembali dilirik oleh suksesor Wuwugan di Persija, yakni Liem Soen Joe alias drg Endang Witarsa. Oleh Dokter (sapaan akrab Liem Soen Joe), Soetjipto pun langsung dijadikan andalan dalam skema ofensif Persija 2-3-5.
Puncaknya tahun 1964, yakni Soetjipto menjadi kapten dan andalan Persija mencetak gol. Posisinya sebagai penyerang lubang, yang bergerak bebas di antara gelandang dan penyerang membuat bebas berkreasi di lapangan.
Hasilnya, Persija menjadi tim juara tanpa terkalahkan di perhelatan kompetisi Perserikatan. Tak hanya juara, Soetijpto pun menjadi top scorer dengan torehan 16 gol. Di usia yang baru menginjak 23 tahun, Soetjipto merasakan lengkapnya gelar sebagai kapten tim juara dan pencetak gol terbanyak di Indonesia.
Soetjipto pensiun dari Persija tahun 1971. Pada tahun terakhirnya itu, ia gagal mempersembahkan gelar juara bagi Persija. Si Merah-Poetih dari Jakarta itu harus mengakui kedigdayaan PSMS Medan.
Nama julukan Soetjipto, Gareng, kini dijadikan sebutan di tribune Stadion Utama Gelora Bung Karno oleh pendukung Persija. Nama Gareng Area yang berada di Sektor 6 Stadion GUBK merupakan simbol penghormatan suporter.

Legenda Era '70
Iswadi Idris...

Iswadi Idris (lahir di Banda Aceh, Aceh,18 Maret 1948 – meninggal di Jakarta,11 Juli 2008 pada umur 60 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia [1]. Pemain yang dijuluki "Boncel" karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSIsebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor punggung 13.
Iswadi Idris mengawali debutnya bersama dengan Persija pada tahun 1966. Ia mengawali debutnya bersamaPersija dengan memperoleh hasil buruk ketika timnya hanya menempati peringkat 4 pada kompetisi Perserikatantahun 1966.

Kejurnas PSSI 1975
Kemudian pada tahun 1975, ia berhasil membawa Persija juara Perserikatan bersama dengan PSMS karena pertandingan antara Persija dan PSMS terjadi kericuhan antar pemain. Ketika itu Persija mengawalinya dengan kemenangan atas Persigowa.
partai final, Persija bertemu dengan PSMS Medan dan pertandingan terpaksa harus dihentikan pada menit 40 karena terjadi clash antarpemain dan pembangkangan terhadap wasit sehingga PSSI menetapkan keduanya sebagai juara bersama.
Kejurnas PSSI 1978
Pada tahun 1978 ia tidak berhasil membawa Persija menjadi juara bertahan dalam Kompetisi Perserikatan 1978 setelah dalam partai final kalah 4-3 dari Persebaya di Stadion Utama Senayan, Jakarta.
Bersama Timnas Indonesia di Asian Games 1970
Prestasi yang paling membanggakan di timnas adalah ketika ia berhasil membawa timnya meraih medali perak dalam Asian Games 1970. Ketika itu, Indonesia tergabung di Grup C bersama dengan Iran dan Korea Selatan. Sayangnya Indonesia hanya menempati urutan kedua dalam klasemen grup, namun posisi tersebut berhasil membawa timnya lolos ke babak perempat final. Di babak perempat final, perjuangannya harus terhenti setelah timnya kalah dari India dan Jepang. Hasil ini mengharuskan Indonesia harus bertanding dalam perebutan tempat kelima. Indonesia akhirnya berhasil meraih kemenangan atas Thailand seelah Soetjipto mencetak gol penentu kemenangan timnya 1-0. dan akhirnya Indonesia berhasil meraih medali perak.

Legenda Era '80
Rahmad Darmawan

Mayor Mar Drs. Rahmad Darmawan, (lahir di Metro, Lampung, 28 November 1966; umur 48 tahun[1]) adalah mantan pemain sepak bola Indonesia yang saat ini berkarier sebagai pelatih sepak bola. Rahmad pernah menjabat pelatih tim nasional Indonesia U-23, sebelum ia mengundurkan diri pada 13 Desember 2011.[2]. Pada tanggal 19 Januari 2012 Rahmad resmi menjadi pelatih klub Pelita Jaya. Dan pada tahun awal musim 2012-2013 RD Melatih klub asal Malang Arema Indonesia. Pada tahun 2013, ia resmi menjadi Pelatih Kepala Timnas U-23 dan pelatih Persija Jakarta dan berkompetisi di Liga Super Indonesia.
Saat ini coach RD melatih Terengganu di Liga Super Malaysia.
Pada April 2016, Rahmad dinobatkan sebagai pelatih terbaik di Liga Super Malaysia (MSL) edisi April.

Legenda Era '90
Luciano Leandro

Luciano Leandro pertama kali merumput di Indonesia pada Ligina Indonesia (sering disingkat Ligina) 2 pada musim 1995-1996. Bersama Jacksen F Tiago dan Marcio Novo, Luciano adalah pemain generasi awal pemain asing yang bermain di Indonesia. Saat itu, PSSI mengeluarkan kebijakan membolehkan klub bola di Indonesia menggunakan pemain asing meski jumlahnya dibatasi. Harapan PSSI adalah agar para pemain asing itu mampu menularkan skill pada pemain lokal.
Bersama Jacksen F Tiago dan Marcio Novo, Luciano membawa PSM mencapai babak final Ligina 2 di musim pertamanya. Pemain dengan ciri khas rambut panjang dikuncir ini kemudian membawa PSM menjadi semifinalis pada Liga Indonesia III (Semifinalis) dan Peringkat I Wilayah Timur pada Liga Indonesia IV. Sayangnya, kompetisi berhenti di tengah jalan karena kondisi keamanan nasional yang saat itu tidak memungkinkan dengan adanya kerusuhan 98.
Sebagai pemain, Luciano merupakan petarung lini tengah yang memiliki kemampuan seimbang antara menyerang dan bertahan. Penampilan gemilang pemain berkaos no punggung 10 saat membela PSM Makassar ini membuat Persija Jakarta kepincut dan kemudian meminangnya pada musim 2000/2001.
Pada musim pertamanya di Jakarta, Luciano berhasil membawa Persija menjuarai Ligina VII. Di Stadion Gelora Bung Karno, tanggal 7 Oktober 2001, Persija Jakarta menghempaskan PSM Makassar dengan skor 3 -2. Luciano membawa Persija menjadi juara setelah mengalahkan klub yang sangat dicintainya.

Legenda Era 2000
Bambang Pamungkas

Bambang Pamungkas (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 10 Juni 1980; umur 35 tahun), juga dikenal sebagai Bepe, adalah pemain sepak bola Indonesia yang bermain untuk Persija Jakarta di Liga Super Indonesia dan Tim nasional sepak bola Indonesia. Posisi alami nya adalah striker. Bambang membuat namanya di sepak bola Asia Tenggara ketika ia mencetak satu-satunya gol untuk Indonesia di Piala Tiger 2002 semifinal melawan Malaysia,[2] dan merupakan pencetak gol terbanyak turnamen dengan delapan gol.[3]
Bambang dianggap memiliki header bola yang luar biasa, dan memiliki reputasi untuk ketajaman di kotak penalti.[4] Dia adalah pemain Indonesia yang paling banyak mengoleksi caps dan pencetak gol, dengan 85 caps dan 37 gol. Dia adalah pemain yang paling populer di tim nasional Indonesia.[5]
Saat masih bermain dalam tim remaja Jawa Tengah, ia pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Haornas, sebuah kejuaraan tingkat remaja. Bambang juga pernah menjadi pencetak gol terbanyak untuk skuat Indonesia di Piala Asia U-19 Grup V, dengan 7 gol.

Prestasi
Prestasi Klub
juara Liga Indonesia : Persija Jakarta (2001)
juara Malaysia Premier League : Selangor FA (2005)
juara Malaysia FA Cup : Selangor FA (2005)
juara Malaysia Cup : Selangor FA (2005)

Prestasi Negara
Juara Piala Kemerdekaan : Indonesia (2000), (2008)

Prestasi Individu
Haornas Cup Most Valuable Player : (1996)
Liga Indonesia Top Scorer : Persija Jakarta (1999-00)
Liga Indonesia Best player : Persija Jakarta (2001)
2002 Tiger Cup Top scorer : Tim Nasional Sepak Bola Indonesia (2002)
Malaysia Premier League Top Scorer : Selangor FA (2005)
Malaysia Cup Player of the Year : Selangor FA (2005)
FA Cup Malaysia Top Scorer : Selangor FA (2005)
Copa Indonesia Pemain Terbaik : Persija Jakarta (2007)
sumber: wikipedia.com